Rasa Kena Covid-19 Nikmat Berlapis-lapis



Pernah merasakan demam tinggi yang membuat nyeri seluruh sendi di tubuhmu ga? Itu salah satu gejala Covid-19 yang saya rasakan paling ga enak. Tentu saja yaa selain ga bisa nyium aroma ayam bakar yang enak atau ga bisa ngerasain manis dan asamnya jeruk.

Awalnya, saya di diagnosis kena cikungunya. Demam tinggi, nyeri sendi, dan ruam-ruam di siku dan di balik dengkul.

Sudah minum obat untuk cikungunya (yang diresepkan dokter), namun demam hanya turun 2 hari. Di hari ketiga saya kembali demam tinggi hingga mencapai 39.4 derajat celcius.

Bayangkan, saya pergi ke Puskesmas dalam keadaan demam tinggi dan harus mengendarai motor sendiri. Rasanya ingin limbung.

Tetapi, rupanya badan dan otak saya lebih cerdas dan kuat untuk menahan rasa sakit itu. Cukup bangga dengan diri sendiri saat itu. Hahaha

Loh, kenapa ga minta tolong orang lain aja buat nganter ke Puskesmas? Saya pikir itu bukan pilihan yang buruk juga sih. Hhhmmm tapi, setelah mempertimbangkan, saya rasa masih sanggup, rasa sakit masih bisa saya tahan.

Terlebih, di hari ketiga itu saya tidak dapat mencium aroma apapun. Bahkan minyak kayu putih dan parfum pun saya ga bisa baui aromanya.  Curiga pada diri sendiri, bahwa saya kena Covid-19.

Benar saja, saya positif Covid-19 usai menjalani tes di Puskesmas. Kaget? Sedikit sih. Karena semua itu buah dari ketidak taatan saya menjalani protokol kesehatan (prokes).

Jadi, yaa itu adalah buah yang saya petik dari kesalahan yang saya lakukan. Saya berharap banget buat kamu yang membaca tulisan ini untuk taat dengan protokol kesehatan yaa.

Terutama pakai masker dengan benar. Jangan turun-turunin maskes kamu sampe kedagu, tapi hidungmu ga tertutup masker. Yooo percuma to yaa?

Saat itu badan rasa rasanya bener-bener ga enak. Napsu makan pun ga ada. Kalau diingat-ingat saat sakit di minggu pertama saya lebih banyak makan buah dan sayur.

Asupan nasi diganti dengan roti, bihun, atau kentang kukus. Karena saat itu saya mual kalau makan nasi. Entah kenapa, yaaa begitu rasanya. Biasanya saya bisa makan nasi tanpa pikir panjang.

Usai dinyatakan positif Covid-19, saya isolasi mandiri (isoman) di rumah. Saya bilang sama Allah saat itu, “Ya Allah, kayaknya ini ujian ya buat hamba? Ya kan? So please, kuatkan hamba agar bisa melalui ini semua,”

Allah ternyata jawab doa saya. Ia kasih saya buat naik level lagi. Hehehe Kedua orang tua saya pun dinyatakan positif Covid-19 saat itu.

Mendengar kabar itu, hati saya sedih banget. Sempat menyalahkan diri sendiri. “Nih, kayaknya gara-gara gw,”

Tetapi, alhamdulillah Allah masih kasih saya sahabat-sahabat yang baik dan suami yang selalu suport (walau kami LDR). Jadi, kewarasan saya masih terjaga baik hingga saya sembuh dari virus yang tengah melanda dunia ini.

Para tetangga yang ga ada habis-habisnya membantu saya dan kedua orang tua pun ga putus-putus memberi bantuan. Kata Ibun semua itu buah dari kebaikan yang selama ini kita lakukan sama sesama. Alhamdulillah setelah isoman lebih dari 14 hari, kami dinyatakan negatif usai menjalani tes.

Jadi, Allah masih kasih kita keberkahan yang ga ada habis-habisnya. Dia masih kasih kita perhatian dengan memberi sakit buat lebih deket lagi. Di samping dikasih rasa sakit, Dia jauh lebih banyak memberi lapis-lapis keberkahan dari masa cobaan.

Buat yang masih berjuang di luar sana melawan virus ini, kalian harus semangat ya. Atau ada sahabat kalian yang lagi kena Covid-19, please bantu dia, dukung dia. Hubungi mereka, hibur mereka. Mungkin satu chat dari kalian bisa bikin mereka yang lagi sedih bisa jadi happy lagi.

Semoga lekas sembuh, kamu dan dunia. Bye!

#ilmabercerita

Komentar

Postingan Populer